Maldives ? meskipun berada tidak jauh dari Indonesia, mungkin sebagian
besar dari kita kebingungan kalau diharuskan untuk menunjukkan lokasi
negara sejuta atol ini. Negara ini terkenal akan keunikan atol-atol yang
dimilikinya dan menjadi negara yang sering dibicarakan dalam tingkatan
Internasional akibat kelangsungan wilayahnya yang semakin terancam.
Sebagai salah satu negara yang mempunyai wilayah terendah dengan rata-rata wilayahnya 1.5 meter diatas permukaan air laut, Maldives saat ini tengah mengalami kekhawatiran akan hilangnya wilayah negaranya akibat efek pemanasan global. Negara yang terletak 700 kilometer barat daya dari Srilanka ini terdiri dari 2 gugus kepulauan yang memanjang dengan 26 atol, 200 pulau berpenghuni serta 1192 pulau-pulau kecil. Luas Negara ini hanya 900 kilometer persegi dengan titik tertinggi wilayahnya 2.3 meter.
Maldives beribukota negara di Male dan saat ini terbagi menjadi 7 provinsi yaitu
Provinsi Mathi-Uthuru terdiri dari atol Haa-Alif, Haa Dhaalu dan Shaviyani
Provinsi Uthuru terdiri dari atol Noonu, Raa dan Lhaviyani
Provinsi Medhu-Uthuru terdiri dari atol Kaafu, Alifu Alifu, Alifu Dhaalu dan Vaavu.
Provinsi Medu terdiri dari atol Meemu, Faafu dan Dhaalu.
Provinsi Medhu-Dhekunu terdiri dari atol Thaa dan Laamu
Provinsi Mathi-Dhekunu terdiri dari atol Gaafu Alifu dan Gaafu Dhaalu
Provinsi Dhekunu terdiri dari atol Gnaviyani dan Seenu.
Atol
Dengan banyaknya jumlah pulau-pulau kecil yang dimilikinya, Maldives membagi wilayah administrasinya kedalam 21 wilayah administrasi. Dan Pulau terbesar yang dimilikinya adalah Gan yang menjadi bagian dari atol Laamu. Meskipun sebagian wilayahnya sangat rendah, atol-atol Maldives mempunyai pelindung berupa karang-karang (coral debris & living coral) yang mampu meredam kuatnya pengaruh badai dan gelombang ganas.
Akan tetapi karena kedekatan wilayah perairannya dengan Indonesia, saat
terjadi Tsunami Aceh 26 Desember 2004 kerusakan parah juga terjadi di 59
pulau Maldives, dan mengharuskan mengevakuasi penduduk-penduduk yang
tinggal pada 14 pulau lainnya serta mengakibatkan 21 resort ditutup
akibat rusak parah. Adapun korban meninggal berjumlah 108 orang termasuk
didalamnya adalah 6 wisatawan asing. Kerugian yang dilanda oleh negara
bekas jajahan Inggris ini lebih dari 400 juta dollar atau berkisar 62 %
GDP.
Pariwisata
Sebagai negara dengan posisi diwilayah tropis, temperatur rata-rata tahunan di Maldives berkisar 24 – 33 derajat celcius dan menjadikan sebagai salah satu tujuan wisata favorit bagi wisatawan eropa & amerika. Karakteristik wilayahnya yang terpisah-pisah dengan lagoon-lagoon besar dihampir semua pulau dan pasir putih yang menyelimuti pantai-pantainya semakin memanjakan setiap wisatawan untuk berlama-lama menikmati keindahan surga tropis Maldives.
Negara yang pernah menganut sistem kesultanan (monarki) ini mulai terkenal sebagai tujuan wisata pada tahun 1970-an dan saat ini pariwisata menjadi salah satu pemasukan utama negara dengan nilai 28 % GDP, lebih dari 90 % pajak berasal dari hal yang berhubungan dengan pariwisata. Untuk fasilitas penginapannya saat ini terdapat 89 resort berstandar internasional. Pada tahun 2007 lebih dari 8.380.000 turis telah menikmati keindahan atol – atol Maldives. Bagaimana dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia ?
Fasilitas resort-resort kelas dunia yang dikombinasikan dengan eksplorasi keindahan pantai serta kehidupan lautnya memberikan kesan berbeda dari negara Maldives apabila dibandingkan dengan destinasi pariwisata diwilayah lainnya. Seperti terlihat panorama bawah laut dengan kehidupan biota lautnya dijadikan sebagai suguhan pelengkap spesial pada sebuah restauran selain makanan dan minuman tentunya.
Untuk sampai ke Maldives, masyarakat dari Asia Tenggara akan diturunkan di Bandara Internasional Male yang berada dipulau Hulhule. Adapun menurut beberapa informasi, wisatawan Indonesia diberikan fasilitas visa-waiver atau bebas visa untuk berlibur disurga atol ini.
Global Warming & Lylipad Prototype
Dengan perkiraan pada tahun 2100 air laut meningkat ketinggiannya sampai dengan 59 cm menjadikan perhatian dan kekhawatiran tersendiri dari para pemimpin di Maldives, maka pada November 2008 Presiden Mohamed Nasheed mengumumkan rencana untuk membeli tanah di India, Srilanka dan Australia, adapun dananya berasal dari pemasukan pariwisata.
Untuk menarik perhatian dan kesadaran dunia akan pengaruh perubahan iklim dunia akibat pemanasan global yang berakibat terendamnya negara-negara dengan daratan rendah seperti Maldives, Presiden Mohamed Nasheed melaksanakan rapat kabinet bawah laut pada 17 Oktober 2009, adapun selama rapat para menteri beserta presiden menggunakan peralatan selam, berkomunikasi dengan papan tulis putih dan isyarat tangan.
Kekhawatiran yang sama juga disadari oleh para arsitek maupun engineer hingga memunculkan sebuah ide untuk membuat sebuah tempat tinggal yang tidak hanyasustainable namun juga mampu mengakomodasi segala resistansi dari adanya perubahan iklim nantinya. Seorang Arsitek dari Perancis yang bernama Vincent Callebaut menciptakan sebuah konsep floating ecopolis bernama Lylipad seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Konsep Lylipad sebagai floating ecopolis ini nantinya akan menjadi salah satu model nyata perkembangan teknologi bidang kelautan dimana konsep tersebut merupakan bagian dari konsep very large floating structures (VLFS) yang saat ini baru digunakan sebagai infrastruktur pendukung seperti oil storage di Jepang. Melihat dari sisi teknologi konsep ini cukup reliable, dimana permasalahan kemudian muncul dari sisi lain yaitu kebijakan dan finansialnya. Tentunya kita semua berharap rencana pembangunan floating ecopolis ini terealisasi, sehingga kita bisa menikmati gambaran sensasi kota terapung masa depan yangsustainable.
Sebagai salah satu negara yang mempunyai wilayah terendah dengan rata-rata wilayahnya 1.5 meter diatas permukaan air laut, Maldives saat ini tengah mengalami kekhawatiran akan hilangnya wilayah negaranya akibat efek pemanasan global. Negara yang terletak 700 kilometer barat daya dari Srilanka ini terdiri dari 2 gugus kepulauan yang memanjang dengan 26 atol, 200 pulau berpenghuni serta 1192 pulau-pulau kecil. Luas Negara ini hanya 900 kilometer persegi dengan titik tertinggi wilayahnya 2.3 meter.
Maldives beribukota negara di Male dan saat ini terbagi menjadi 7 provinsi yaitu
Provinsi Mathi-Uthuru terdiri dari atol Haa-Alif, Haa Dhaalu dan Shaviyani
Provinsi Uthuru terdiri dari atol Noonu, Raa dan Lhaviyani
Provinsi Medhu-Uthuru terdiri dari atol Kaafu, Alifu Alifu, Alifu Dhaalu dan Vaavu.
Provinsi Medu terdiri dari atol Meemu, Faafu dan Dhaalu.
Provinsi Medhu-Dhekunu terdiri dari atol Thaa dan Laamu
Provinsi Mathi-Dhekunu terdiri dari atol Gaafu Alifu dan Gaafu Dhaalu
Provinsi Dhekunu terdiri dari atol Gnaviyani dan Seenu.
Atol
Dengan banyaknya jumlah pulau-pulau kecil yang dimilikinya, Maldives membagi wilayah administrasinya kedalam 21 wilayah administrasi. Dan Pulau terbesar yang dimilikinya adalah Gan yang menjadi bagian dari atol Laamu. Meskipun sebagian wilayahnya sangat rendah, atol-atol Maldives mempunyai pelindung berupa karang-karang (coral debris & living coral) yang mampu meredam kuatnya pengaruh badai dan gelombang ganas.
Pariwisata
Sebagai negara dengan posisi diwilayah tropis, temperatur rata-rata tahunan di Maldives berkisar 24 – 33 derajat celcius dan menjadikan sebagai salah satu tujuan wisata favorit bagi wisatawan eropa & amerika. Karakteristik wilayahnya yang terpisah-pisah dengan lagoon-lagoon besar dihampir semua pulau dan pasir putih yang menyelimuti pantai-pantainya semakin memanjakan setiap wisatawan untuk berlama-lama menikmati keindahan surga tropis Maldives.
Negara yang pernah menganut sistem kesultanan (monarki) ini mulai terkenal sebagai tujuan wisata pada tahun 1970-an dan saat ini pariwisata menjadi salah satu pemasukan utama negara dengan nilai 28 % GDP, lebih dari 90 % pajak berasal dari hal yang berhubungan dengan pariwisata. Untuk fasilitas penginapannya saat ini terdapat 89 resort berstandar internasional. Pada tahun 2007 lebih dari 8.380.000 turis telah menikmati keindahan atol – atol Maldives. Bagaimana dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia ?
Fasilitas resort-resort kelas dunia yang dikombinasikan dengan eksplorasi keindahan pantai serta kehidupan lautnya memberikan kesan berbeda dari negara Maldives apabila dibandingkan dengan destinasi pariwisata diwilayah lainnya. Seperti terlihat panorama bawah laut dengan kehidupan biota lautnya dijadikan sebagai suguhan pelengkap spesial pada sebuah restauran selain makanan dan minuman tentunya.
Untuk sampai ke Maldives, masyarakat dari Asia Tenggara akan diturunkan di Bandara Internasional Male yang berada dipulau Hulhule. Adapun menurut beberapa informasi, wisatawan Indonesia diberikan fasilitas visa-waiver atau bebas visa untuk berlibur disurga atol ini.
Global Warming & Lylipad Prototype
Dengan perkiraan pada tahun 2100 air laut meningkat ketinggiannya sampai dengan 59 cm menjadikan perhatian dan kekhawatiran tersendiri dari para pemimpin di Maldives, maka pada November 2008 Presiden Mohamed Nasheed mengumumkan rencana untuk membeli tanah di India, Srilanka dan Australia, adapun dananya berasal dari pemasukan pariwisata.
Untuk menarik perhatian dan kesadaran dunia akan pengaruh perubahan iklim dunia akibat pemanasan global yang berakibat terendamnya negara-negara dengan daratan rendah seperti Maldives, Presiden Mohamed Nasheed melaksanakan rapat kabinet bawah laut pada 17 Oktober 2009, adapun selama rapat para menteri beserta presiden menggunakan peralatan selam, berkomunikasi dengan papan tulis putih dan isyarat tangan.
Kekhawatiran yang sama juga disadari oleh para arsitek maupun engineer hingga memunculkan sebuah ide untuk membuat sebuah tempat tinggal yang tidak hanyasustainable namun juga mampu mengakomodasi segala resistansi dari adanya perubahan iklim nantinya. Seorang Arsitek dari Perancis yang bernama Vincent Callebaut menciptakan sebuah konsep floating ecopolis bernama Lylipad seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Konsep Lylipad sebagai floating ecopolis ini nantinya akan menjadi salah satu model nyata perkembangan teknologi bidang kelautan dimana konsep tersebut merupakan bagian dari konsep very large floating structures (VLFS) yang saat ini baru digunakan sebagai infrastruktur pendukung seperti oil storage di Jepang. Melihat dari sisi teknologi konsep ini cukup reliable, dimana permasalahan kemudian muncul dari sisi lain yaitu kebijakan dan finansialnya. Tentunya kita semua berharap rencana pembangunan floating ecopolis ini terealisasi, sehingga kita bisa menikmati gambaran sensasi kota terapung masa depan yangsustainable.
Komentar
Posting Komentar