Istriku berkata
kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran
itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk
makan."
Aku taruh koran
dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Lala tampak ketakutan,
air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu
asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam
usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini.
Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd
rice ada “cooling effect” (menurunkan panas dalam).
Aku mengambil
mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa
sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama
Papa."
Aku bisa
merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda
dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata “Papa, aku akan
makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku
habiskan, tapi ada yang aku mau minta....” agak ragu2 sejenak “aku mau
minta sesuatu sama Papa bila habis semua nasinya. Apakah Papa mau
berjanji memenuhi permintaanku?”
Aku menjawab “Oh pasti, sayang.”
Lala tanya sekali lagi, “Betul nih Papa ?”
“Iya, pasti," sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.
Lala juga
mendesak Mamanya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Lala
yang merengek sambil berkata tanpa emosi, "Janji," kata istriku.
Aku sedikit
khawatir dan berkata, “Lala jangan minta komputer atau barang2 lain yang
mahal ya, karena Papa saat ini tidak punya uang.”
Lala menjawab, "Jangan khawatir, Lala tidak minta barang2 mahal kok."
Kemudian Lala
dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad
menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku marah sama istri
dan ibuku yang memaksa Lala untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.
Setelah Lala
melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan
semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya.
Ternyata Lala mau kepalanya digundulin (dibotakin) pada hari Minggu!!!
Istriku spontan berkata, "Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin!"
Juga Mamaku
menggerutu, "Jangan terjadi dalam keluarga kita. Dia terlalu banyak
nonton TV dan program2 TV itu sudah merusak kebudayaan kita."
Aku coba membujuk, "Lala kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak."
Tapi Lala tetap dengan pilihannya, "Tidak ada Papa, tak ada keinginan lain." kata Lala.
Aku coba memohon kepada Lala, "Tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami."
Lala dengan
menangis berkata, "Papa sudah melihat bagaimana menderitanya aku
menghabiskan nasi susu asam itu dan Papa sudah berjanji untuk memenuhi
permintaanku. Kenapa Papa sekarang mau mengingkari sendiri? Bukankah
Papa selalu mengajarkan, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap
seseorang apapun yang terjadi?"
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, "Ok. Janji kita harus ditepati."
Secara serentak istri dan ibuku berkata, "Apakah aku sudah gila?"
"Tidak," jawabku, 'Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri."
"Lala, permintaanmu akan kami penuhi."
Dengan kepala botak, wajah Lala nampak bundar dan matanya besar dan bagus.
Hari Senin, aku
mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Lala botak berjalan ke
kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas
lambaian tangannya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, "Lala, tunggu saya."
Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak juga.
Aku berpikir mungkin 'botak' adalah model jaman sekarang.........
Tanpa memperkenalkan dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata,
“Anak anda, Lala
benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dia sekarang,
Alex adalah anak saya. Dia menderita kanker leukemia.”
Wanita itu
berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu, “Bulan lalu Alex tidak masuk
sekolah, karena pengobatan kemo-terapi, kepalanya menjadi botak jadi dia
tidak mau pergi ke sekolah takut diejek oleh teman-temannya."
"Nah, minggu lalu
Lala datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi
ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka
kalau Lala mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Alex.
Bapak dan istri bapak sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan
yang berhati mulia.” Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat
kecilku, tolong ajarkanku tentang kasih sayang.
Komentar
Posting Komentar