Ini Dampaknya Jika 9 Jam Berada di Ruang Ber-AC



Dunia kerja saat ini sepertinya tidak bisa lepas dari penggunaan pendingin ruangan atau AC. Tapi jika terlalu lama berada di ruangan ber-AC, terlebih sampai 9 jam bisa menimbulkan dampak bagi kesehatan.

 Penelitian telah membuktikan berada di ruang terbuka bisa memperkuat sistem kekebalan tubuh karena sel-sel darah putih yang berfungsi melawan bakteri membutuhkan oksigen untuk bisa bekerja secara efektif.


Namun sayangnya sebagian besar penduduk perkotaan menghabiskan waktunya hampir 9 jam di dalam kantor dengan AC dan seringkali dilanjutkan dengan tidur malam di dalam kamar ber-AC.

Kondisi ini tentu saja bisa mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Infeksi pernapasan yang paling sering terkena dampaknya seperti flu dan pilek, sering sakit kepala serta tenggorokan gatal. Hal ini banyak dialami oleh profesional muda di daerah perkotaan.


"Sebuah AC menyebabkan pendinginan melalui proses penguapan sehingga bisa mengeringkan selaput lendir di hidung dan juga mulut," ujar konsultan bedah THT, Dr Gauri Mankekar dari Hinduja Hospital, seperti dikutip dari Timesofindia, Kamis (13/12/2012). Seperti diketahui hidung, sinus dan tenggorokan tergantung pada kelembaban dalam membran yang berfungsi melindungi kekebalan tubuh. Ketika lembab, sel-sel kekebalan mampu menarik virus, bakteri dan alergen ke dalam perangkap sebagai garis pertahanan pertama tubuh terhadap patogen di udara.

 Namun sayangnya kebanyakan AC tidak dilengkapi dengan humidifier sehingga menyebabkan udara kering di sekitarnya. Kondisi ini turut memperlemah pertahanan tubuh terhadap patogen.

Selain itu dampak lain dari paparan konstan dan langsung dari udara dingin dan kering bisa merusak kulit dan menghilangkan elastisitasnya yang dapat memicu gatal. Umumnya kondisi kulit dermatitis dan eksim banyak dijumpai pada otang yang menghabiskan waktu berjam-jam di udara dingin ber-AC.

Beberapa hal bisa dilakukan untuk mengurangi dampak buruk ini yaitu: 

1. Saat bekerja di kantor cobalah keluar dari ruangan AC misalnya ketika makan siang untuk mendapatkan udara segar, serta ketika di kamar membuka jendela dan pintu agar sinar matahari bisa masuk.

2. Pastikan suhu AC di kantor diatur agar tidak terjadi shock akibat perubahan suhu yang mendadak ketika masuk dari lingkungan luar yang panas. Fluktuasi suhu yang mendadak bisa mempengaruhi sendi.

3. Menggunakan pakaian yang cukup menghangatkan tubuh ketika berada di ruang ber-AC, dan melepas pakaian tersebut saat berada di luar rumah.

4. Meski berada di ruang dingin, tetaplah mengonsumsi air putih yang cukup setiap beberapa jam agar tubuh terhidrasi dengan baik, sebaiknya jangan tunggu sampai rasa haus datang.


Pendingin Udara Musuh dalam Selimut?

 

Hidup di kota besar,yang serba modern ini, banyak hal positif yang kita dapat begitu juga dampak negatifnya dari pendingin udara (AC). Seperti kenyamanan berkendara, di kantor yang berpendingin (air conditioned) serta kenyamanan dan kemudahan-kemudahan lain, sehingga sering kadang melupakan dampak atau bahaya polusi yang ditimbulkannya. Namun, pendingin udara AC juga musuh dalam selimut.


Diluar ruangan kita dihadapkan pada polusi berbagai asap dan jenis kendaraan bermotor, asap rokok, debu dan zat polutan lainnya. Sedangkan di dalam ruangan berpendingin ini ternyata juga tidak seratus persen aman dari zat polutan ini, karena dapat berpotensi menimbulkan penyakit.

Dalam beberapa dekade terakhir, peluang manusia terpapar polusi udara dalam ruangan semakin meningkat. Beberapa faktor penyebab diantaranya seperti konstruksi bangunan yang tertutup rapat (tight building), penggunaan material sintetis untuk perabot dan bangunan, penggunaan formula kimia untuk berbagai produk perawatan, insektisida, pestisida, rodentisida, hingga beragam pembersih barang-barang rumah tangga.

Suatu penelitian pada tahun 1990-an di Indonesia pernah menyebutkan "pencemaran udara yang berasal dari dalam ruang (gedung) berkontribusi 17 persen, luar gedung 11 persen, gangguan ventilasi 52 persen dan sisanya bahan bangunan, mikroorganisme, dan yang belum diketahui penyebanya", kata spesialis okupasi, dr, Hendrawati UTOMo, MS, Sp.Ok, yang juga ahli masalah polusi udara dalam ruang.

Macam-macam penyebab polusi dalam ruang:

Fisiologi - misalnya gangguan ventilasi karena selau tertutup, debu, pendingin udara (AC), karpet yang tidak terawat hingga paparan gelombang elektromagnetik dari komputer atau barang-barang elektronik,
Kimiawi - misalnya pengharum dan pembersih ruangan, telepon, pewangi mobil, pakaian, penyemprot nyamuk, mesin fotocopi yang mengeliarkan ozon, desinfektan hingga tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan dari ruangan.
Mikroorganisme - misalnya penyebaran bakteri, virus, dan jamur di dalam ruang. Salah satu kontributor terutama penyebaran mikroorganisme adalah pendingin udara (AC).

Pendingin udara (AC) berpotensi dalam menyebarkan berbagai virus dan bakteri dalam ruangan. Salah satu kasus mengenai penyebaran bakteri melalui AC sentral pernah terjadi di salah satu hotel di Phildelphia Amerika Serikat yang menewaskan 34 orang. Penyebab utamanya adalah bakteri legionella yang bersarang pada sistem pendingin udara sentral hotel tersebut dan kemudian tersebar melalui pendingin udara.

Ruangan yang nyaman dan memakai pendingin udara (AC) tidak selalu berarti memberi udara bersih dan sehat untuk kita hirup. Untuk mengantisipasi paparan polusi udara dalam ruangan yang terlalu tinggi, pastikan setiap ruangan memiliki ventilasi cukup agar terjadi pertukaran udara dengan lancar untuk menghindari konsentrasi polutan dalam ruangan yang terlalu tinggi.

Komentar